KABAR MALAM

Segelas kopi hangat yang kubuat malam ini kini kian mendingin, ditengah lamunan malam itu, suara notifikasi berhasil membuatku terperanjat, kerabat karib 2, nama yang muncul dari layar ponsel ku.

“katanya dia sudah tidak bersama wanita itu.” Isi pesan itu membuat jantungku berdebar.

Selain notifikasi yang berhasil membuatku terkejut, pesan itu membuatku lebih terkejut lagi. Sial. Luka yang sebentar lagi mengering, seakan telah bersiap untuk kembali mendapat luka yang lebih besar atas banyak harapan. Pikiran- pikiran yang seketika menarikku untuk kembali menghubungi seseorang yang sudah lama aku hindari.

Gerakan tanganku sontak segera meraih ponsel, menyentuh layar ponsel yang tertuju pada sebuah kontak yang telah lama aku coba abaikan. Tuhan, aku sadar harapan ini adalah cobaan dan aku telah bersiap untuk luka selanjutnya. Aku yang pernah mengira sudah kehabisan rasa untuknya ternyata berbahagia atas perpisahannya dengan wanita itu. Kau paham, artinya aku masih menyisihkan sedikit ruang untuknya.

Beberapa saat aku mengetik sebuah pesan untuknya namun tak urung aku kirimkan, sebab logika menahanku dan mengingatkan ku luka-luka yang dulu.

Dulu memang aku melepaskannya: berharap bersama wanita itu ia bisa lebih bahagia. Kau tahu? Tentu aku bukan menyerah, namun merelakan, itu sebabnya saat kabar maya itu menemui mataku, aku berharap bisa kembali padanya. Hati yang menarikku untuk kembali, logika menarikku untuk tetap sendiri, mencintai diri.

Tuhan, aku berada dalam kebimbangan, haruskah ia kembali kuperjuangkan?

Kopi yang belum sempat aku nikmati kini telah menjadi dingin Dan aku tenggelam dalam kontemplasi. Pesan yang telah ku tulis, ku hapus, ku matikan handphone yang ku genggam.

Tidak.

Tapi aku masih mengharapkannya. Bagaimana memulainya?

Tinggalkan komentar